Kamis, 28 Juni 2007
C A D A R
Terlepas dari perbedaan pendapat para tokoh-tokoh islam tentang cadar/niqab/burqah atau apa saja namanya yang menunjuk pada kain yang menutup wajah muslimah, ada yang mengatakan bahwa wanita muslimah wajib bercadar, ada yang mengatakan cuma sunnah bukan wajib, juga ada yang berpendapat hanya sekedar fadhilah (kemuliaan), malah ada yang mengatakan cadar bukan dari syariat islam tapi cuma budaya atau tradisi Arab dulu. aku pribadi tidak ingin berpendapat, cuma ingin mengajak merenung sedikit.
Kalau kita membaca sejarah Nabi, kita akan temukan bahwa semua istri beliau memakai hijab syar'i alias memakai niqab atau bercadar, hal itu terjadi setelah turunnya ayat kewajiban berhijab. semua wanita-wanita muslimah ketika itu juga memakai cadar sebagai pakaian kehormatan. Malah saking cintanya mereka dengan syariat islam, ketika Nabi memberikan keringanan untuk membuka cadar ketika haji atau umrah (ketika berihram), mereka tetap saja bercadar.
Cadar, memang sesuatu yang aneh, wanita-wanita akan berkata, kenapa aku harus menutup wajahku yang cantik, kalau wajahku aku tutup, nanti tidak ada laki-laki yang mau padaku, kita kan bukan orang Arab, kita kan orang Indonesia, dan lain sebagainya. Memang dalam berbuat, kita harus bertolak dari iman kita, dari aqidah kita, seseorang yang percaya dan yakin Shalat adalah perintah Allah dan yakin bahwa hal itu juga buat kebaikannya, maka dia akan menjaga shalatnya, begitupun muslimah yang meyakini cadar adalah Hukum atau perintah Allah, dia akan bercadar sekalipun orang di sekitarnya akan mencerca dan memaki.
Bukan masyarakat yang akan menghukumi kita nanti di akhirat, bukan orang-orang sekitar kita yang membantu kita di akhirat kelak, tapi amalan kita yang betul-betul ikhlas karena Allah yang akan menjadi nomor satu.
Perbedaan pendapat sampai hari kiamat akan terus ada, tidak akan ada habisnya, tapi amalam-amalam yang ikhlas harus kita mulai dari sekarang. Saudari-saudari yang bercadar (aku pribadi kagum pada mereka), teruskan keyakinan saudari, cercaan dan hinaan manusia kadang memang seharusnya dianggap angin lalu. Saudari-saudari yang belum bercadar, tolong jangan halangi hak setiap orang untuk berbuat sesuai keyakinannya selama itu ada landasan hukumnya yang sah, tidak perlu menghina mereka yang bercadar, cukup saudari berdo'a semoga kita semua selamat di hari akhir nanti. Begitupun saudari-saudaari yang masih terbuka dan sengaja membuka tubuh (padahal seharusnya ditutup), cukup saudari merenung saja, bagaimana sekiranya Allah memanggil saudari detik ini, padahal saudari masih meremehkan perintah Allah untuk menutup aurat(padahal perintah berhijab wajib seperti wajibnya shalat), apa saudari bisa mempertanggung jawabkan ketidak inginan saudari mengikuti perintah Allah?.
Permasalahan tidak akan selesai dengan saling menyalahkan dan saling hina, indahnya hidup ini kalau sekiranya kita sadar betul, apa yang kita lakukan betul-betul sesuai apa yang kita yakini dan percayai, tulisan ini tidak untuk mendoktrin dan menggurui, cuma sebagai renungan.
Kalau kita membaca sejarah Nabi, kita akan temukan bahwa semua istri beliau memakai hijab syar'i alias memakai niqab atau bercadar, hal itu terjadi setelah turunnya ayat kewajiban berhijab. semua wanita-wanita muslimah ketika itu juga memakai cadar sebagai pakaian kehormatan. Malah saking cintanya mereka dengan syariat islam, ketika Nabi memberikan keringanan untuk membuka cadar ketika haji atau umrah (ketika berihram), mereka tetap saja bercadar.
Cadar, memang sesuatu yang aneh, wanita-wanita akan berkata, kenapa aku harus menutup wajahku yang cantik, kalau wajahku aku tutup, nanti tidak ada laki-laki yang mau padaku, kita kan bukan orang Arab, kita kan orang Indonesia, dan lain sebagainya. Memang dalam berbuat, kita harus bertolak dari iman kita, dari aqidah kita, seseorang yang percaya dan yakin Shalat adalah perintah Allah dan yakin bahwa hal itu juga buat kebaikannya, maka dia akan menjaga shalatnya, begitupun muslimah yang meyakini cadar adalah Hukum atau perintah Allah, dia akan bercadar sekalipun orang di sekitarnya akan mencerca dan memaki.
Bukan masyarakat yang akan menghukumi kita nanti di akhirat, bukan orang-orang sekitar kita yang membantu kita di akhirat kelak, tapi amalan kita yang betul-betul ikhlas karena Allah yang akan menjadi nomor satu.
Perbedaan pendapat sampai hari kiamat akan terus ada, tidak akan ada habisnya, tapi amalam-amalam yang ikhlas harus kita mulai dari sekarang. Saudari-saudari yang bercadar (aku pribadi kagum pada mereka), teruskan keyakinan saudari, cercaan dan hinaan manusia kadang memang seharusnya dianggap angin lalu. Saudari-saudari yang belum bercadar, tolong jangan halangi hak setiap orang untuk berbuat sesuai keyakinannya selama itu ada landasan hukumnya yang sah, tidak perlu menghina mereka yang bercadar, cukup saudari berdo'a semoga kita semua selamat di hari akhir nanti. Begitupun saudari-saudaari yang masih terbuka dan sengaja membuka tubuh (padahal seharusnya ditutup), cukup saudari merenung saja, bagaimana sekiranya Allah memanggil saudari detik ini, padahal saudari masih meremehkan perintah Allah untuk menutup aurat(padahal perintah berhijab wajib seperti wajibnya shalat), apa saudari bisa mempertanggung jawabkan ketidak inginan saudari mengikuti perintah Allah?.
Permasalahan tidak akan selesai dengan saling menyalahkan dan saling hina, indahnya hidup ini kalau sekiranya kita sadar betul, apa yang kita lakukan betul-betul sesuai apa yang kita yakini dan percayai, tulisan ini tidak untuk mendoktrin dan menggurui, cuma sebagai renungan.
Komentar:
<< Beranda
Barokallahufik..
Bahasan yang singkat namun tepat dan dalam... boleh saya copy tulisannya? Saya tetap cantumkan sumbernya kok..
Jazakallahu khoiron
Posting Komentar
Bahasan yang singkat namun tepat dan dalam... boleh saya copy tulisannya? Saya tetap cantumkan sumbernya kok..
Jazakallahu khoiron
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda
Berlangganan Postingan [Atom]